Empat Skenario Kemungkinan Debat Tema HAM Dalam Debat Capres 2019

    “Kasus yang potensial yg digunakan 01 ke 02 adalah soal kasus penghilangan orang secara paksa….

    Oleh: Haris Azhar

    MASING-masing calon akan bicara hak asasi manusia. Sudah pasti. Namun hanya normatif alias datar tidak dan tidak membumi menjawab masalah yg dialami masyarakat. Berikut adalah 4 kemungkinan yang berpotensi terjadi;

    Pertama, Malu-malu Kucing

    Masing-masing pihak akan malu membuat contoh-contoh kasus Paslon lainnya, karena khawatir akan diserang balik dengan catatan pelanggaran ham yang dilakukannya.

    Kedua, Ping Pong Attack

    Pada bagian ini, bisa jadi muncul jika salah satu pihak mulai ‘nakal’ membuka kasus Paslon sebrangnya. Kasus yang potensial yg digunakan 01 ke 02 adalah soal kasus penghilangan orang secara paksa. Sementara dari 02 ke 01 adalah kasus Novel Basewedan. Plus, akan mempertanyakan kenapa 01 selama berkuasa, tidak selesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat, yg bukan hanya kasus Penghilangan orang secara paksa tapi juga kasus Trisakti Semanggi, Talangsari dll.

    Ketiga, Meyakinkan tapi salah Konsep

    Bagian adalah bagian paling mungkin muncul atau terjadi; mengingat waktu atau sesinya terbatas karena ada tema lain; akan bersuara lantang menggambarkan konsep ham menurut versi yg mereka nyaman, atau tema hak spesifik-spesifik saja yg sesuai gaya masing-masing Paslon. Namun, masing-masing berpotensi salah konsep soal HAM yg cenderung menempatkan HAM bertentangan dengan nasionalisme, agama, dan tidak boleh bertentangan dgn agenda pemerintah/rejimnya jika berkuasa. Pada bagian ini akan berpotensi muncul banyak slogan dan intonasi yang tinggi.

    Keempat, Surprise Muncrat

    Masing-masing pihak akan melemparkan janji, rencana atau ide yang sifatnya solusif atas masalah-masalah tertentu baik soal kasus ataupun isu soal (pelanggaran) HAM. Apa tujuannya? Kita tidak tahu. Akan tetapi setidaknya hal itu bisa dilihat sebagai “surprise.. surprise”. (*)

    Penulis adalah ativis Law and Human Rights dari Lokataru Foundation yang juga mantan Koordinator Badan Pekerja KontraS


    Opini kolumnis ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi