MPR RI Peringati Hari Sumpah Pemuda 2019

Diskusi Empat Pilar MPR dengan tema ‘Memaknai Sumpah Pemuda’ di Media Center DPR RI, Senin, (28/10/2019). Dok: Istimewa

JAKARTA— Bertempat di Media Center Lobi Gedung Nusantara III, Komplek Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, 28 Oktober 2019, MPR RI memperingati ‘Hari Sumpah Pemuda’.

Peringatan yang dilakukan dengan menggelar ‘Diskusi Empat Pilar MPR’ dengan tema ‘Memaknai Sumpah Pemuda’ itu dihadiri Anggota MPR dari Fraksi Demokrat, Herman Khaeron; anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar, Dyah Roro Esti Widya Putri; Anggota MPR dari Kelompok DPD, Engelius Wake Kako, dan Ketua Koordinatoriat Wartawan Parlemen, Romdony Setiawan.

Herman Khaeron dihadapan peserta diskusi menuturkan Sumpah Pemuda pada Kongres II Pemuda Tahun 1928 merupakan salah satu tahapan kulminasi untuk menuju Indonesia merdeka pada 17 Agustus Tahun 1945.

Gerakan pemuda saat itu mendapat inspirasi dari gerakan-gerakan pemuda sebelumnya, seperti Budi Utomo. Pemuda di tahun itu, disebut sebagai pemuda-pemuda dari kaum terpelajar, sekolah di STOVIA, yang berasal dari beragam daerah dan agama.

“Sebuah sikap kesatria anak muda untuk mendeklarasikan Sumpah Pemuda,” tandas Herman.

BACA JUGA:   Dewan Apresiasi Giat Safari Ramadan Pemkab Katingan

Herman bilang apa yang dilakukan para pemuda diakui saat itu sebagai nilai-nilai luhur yang menyatukan bangsa Indonesa dalam satu nusa, bangsa, dan bahasa.

“Sumpah itu membuat kita menjadi bersatu,” imbuh Herman.

Dirinya juga memuji sikap para pemuda pada masa itu, sebab dalam suasana yang terbatas, diawasi oleh intel-intel polisi Belanda, mereka berani mengadakan pertemuan dan tekad untuk menuju Indonesia merdeka.

“Memiliki makna yang besar yang perlu kita angkat, makna penting dari para pemuda, mereka adalah kekuatan, kreatifitas, dinamis, dan motivasi kita semua,” pungkas Herman Khaeron.

Bagi Engelius, Sumpah Pemuda tak akan diucapkan bila Indonesia sudah merdeka dan bersatu. Dikatakan, pada masa itu kekuatan-kekuatan anak muda yang ada tersebar dan belum bersatu.

Dengan Sumpah Pemuda membuat elemet-element yang tersebar menjadi satu. “Apa yang dilakukan oleh pemuda itu menjadi spirit bagi kita,” kata Engelius.

Peristiwa di tahun 1928 disebut sebagai salah satu gerakan pemuda dan mahasiswa yang ada di Indonesia. Gerakan anak muda pada tahun 1945, 1966, 1974, 1998, juga sama monumentalnya.

BACA JUGA:   Integrasi Tiktok Tokped Untungkan UMKM, Ini Kata Anggota Komisi VI DPR RI

Saat ini mantan aktivis PMKRI itu mengatakan bangsa indonesia kedepannya akan mendapat tantangan berupa pemersalahan ekonomi yang bisa mengatur dunia politik dan masalah fundamentalis agama.

untuk itu, dirinya berharap agar masyarakat Indonesia menyudahi pembicaraan yang menguras energi. “Harapan saya stop diksi yang mengarah pada perpecahan,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Dyah Roro menyebut bahwa Sumpah Pemuda merupakan simbol perjuangan anak muda untuk bersatu nusa, bangsa, dan bahasa.

“Apa yang telah dilakukan oleh para pemuda pada masa itu diakui sebagai nikmat yang dirasakan oleh bangsa Indonesia saat ini. “Sekarang kita merasakan nikmat dari perjuangan para pemuda,” ujar Dyah.

Romdony Setiawan berharap berharap agar semua komponen bangsa untuk menghindari hal-hal yang sifatnya memecah belah.

“Mari kita membikin berita-berita yang tak mengadu domba, sehingga masyarakat kita bersatu dalam bingkai NKRI,” pungkas Romdony Setiawan.

(dis/beritasampit.co.id)