Kisah Inspiratif H Abdul Rasyid AS, Pebisnis yang Merasakan Kesuksesan Besar Dari Usaha Kerasnya

Berita Sampit
Topan/BS - H Abdul Rasyid AS (tengah) Owner CBI Grup.

NAMA H Abdul Rasyid AS tentu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Kotawaringin Barat (Kobar) Kalimantan Tengah (Kalteng) khususnya, tidak banyak yang mengetahui perjalanan pahit manis kehidupannya saat mulai membangun bisnisnya.

Pemilik Citra Borneo Indah (CBI) Group memiliki banyak kenangan pahit yang ia alami saat awal merintis karirnya di dunia bisnis. Jatuh bangun sudah biasa dirasakan Abdul Rasyid. pengusaha sukses asal Kalteng itu ternyata pernah mengalami masa sulit dalam hidupnya. Namun tak membuat dia patah semangat justru kesulitan tersebut dijadikannya motivasi terus berjuang.

Sebagai seorang yang memiliki latar belakang ekonomi yang pas-pasan pada waktu itu, bekerja serabutan pun pernah ia lakukan, bahkan badan penuh luka dan lumpur pun tak dipedulikannya demi membesarkan keluarganya yang sering dipandang sebelah mata.

“Saya besar di pedalaman Kalimantan. Hidup menganyam, menyadap karet, memotong kayu, semua itu sudah saya lakukan”, ujarnya saat bercerita di kediamannya pada Sabtu 15 Februari 2020 lalu.

Berbekal kegigihan dan tekad kuat perjalanan hidupnya berubah ketika dia memberanikan diri terjun dalam dunia konstruksi, sekitar tahun 1981 saat usia Rasyid baru menginjak 24 tahun.

“Umur 24 tahun dapat proyek pertama dan saya jadi kontraktor termuda saat itu, sebelumnya saya hidup pindah sana sini, tidak punya apapun kecuali baju yang dipakai. Modalnya, ya berani dan tekad tinggi” tambahnya di hadapan para tokoh masyarakat, agama, dan pemuda yang berkumpul di Pangkalan Bun.

Ketika memasuki umur 26 tahun, pria kelahiran Palangka itu mencoba peruntungan baru dan membesarkan namanya dengan merintis usaha baru, “Tahun 1987 atau sekitar tahun 1988 saya mendirikan Mendawai Putra dan Sinar Arut,” ungkap lelaki yang menyukai olahraga berkuda itu.

BACA JUGA:   Dilaporkan PT SCC Padahal yang Diklaim Lahan yang Tidak Pernah Diganti Rugi

Meski namanya berhasil masuk dalam daftar Indonesia’s 50 Richest 2018 kepeduliannya terhadap masyarakat tetap terlihat, dirinya juga dengan lantang membela kepentingan daerah saat era Warsito Rasman sebagai Gubernur Kalimantan Tengah, terutama masyarakat adat yang selalu dirugikan saat itu.

“Zaman Pak Harto, saya protes ke menteri kehutanan saat itu. Kenapa tidak ada kesempatan untuk dapat lahan bagi orang dayak asli?”, ujarnya bercerita.

Pasalnya, saat itu hak Pengusahaan Hutan (HPH) atau hak untuk mengelola hutan bagi keperluan bisnis hanya diperuntukan kepada orang diluar pulau Kalimantan bahkan diberikan ke perusahaan asing.

Penulis (Kanan Kacamata) bersama Gubernur Kalimantan Tengah H Sugianto Sabran

“Saya marah, masa iya kekayaan kita diambil tapi kita tidak dapat apapun. Itu juga alasan kenapa masyarakat kita begini, suara kita kurang didengar”, lanjutnya.

Lebih lanjut ia menerangkan bahwa kontribusinya terhadap Kalteng cukup besar, “Pajak yang saya bayar itu hampir 500 miliar. Tapi saya bayarnya disini, bukan di pusat sana seperti perusahaan yang lain, karena daerah kita juga perlu itu”, bebernya.

Pria yang memiliki sekitar 30 ribu karyawan itu juga menceritakan bagaimana kisah hidupnya berbisnis dengan China di awal tahun 1992. “Tahun 1965 hubungan diplomatik diputus, jadi harus pergi lewat Hongkong jika ke China”, lanjutnya.

Ia menjelaskan jika keadaan disana saat itu lebih miskin dari Indonesia, namun sekarang justru mereka yang berada diatas. “Saya ada kenalan disana, namanya si Acay. Katanya kamu ini hebat, bisa dagang sampai sini”, ungkapnya.

BACA JUGA:   Integrasi Tiktok Tokped Untungkan UMKM, Ini Kata Anggota Komisi VI DPR RI

Pria dengan total kekayaan pada 2018 lalu mencapai 600 juta dollar (Rp 8,4 triliun) itu menambahkan jika ada suku di China yang pandai berdagang. “Ada suku hainan disana, orang dayak itu, sama seperti kita”, tambahnya.

Di sisi lain, Rasyid mengisahkan perjuangan H Sugianto Sabran hingga bisa menjadi Gubernur Kalimantan Tengah.

“Saya itu pamannya, jadi saya tau betul dia ini gimana. Etos kerja, kesukuan, rasa toleransi dan melindungi sesama itu melekat padanya”, lanjutnya mengisahkan orang nomor satu di Bumi Tambun Bungai.

Sehingga menurutnya tidak ada yang berani menjewer telinganya kecuali dia sendiri. “Ayo, siapa disini yang berani jewer dia? Gak ada pasti, kecuali saya sendiri”, candanya.

Dia berharap siapapun yang menjadi pemimpin, kita harus tetap menghargainya. “Siapapun dia, dia adalah Gubernur kita. Saya hormat dan segan kepadanya”, jelasnya.

Dirinya juga menghimbau kepada seluruh masyarakat di Kalimantan Tengah untuk tetap menjaga rasa persatuan dan kekeluargaan antar sesama.

“Kita jangan mau diadu domba. Kalau kita ribut yang rugi kita, tapi banyak yang mengambil keuntungan dari keributan itu, kita gak dapat apa-apa kok”, jelasnya.

Dirinya juga mengingatkan kepada masyarakat yang ada agar lebih selektif dalam memilih seorang pemimpin. “Jangan lihat kuantitas, tapi kualitasnya. Pemimpin yang memberikan bukti bukan hanya sekedar janji”, terangnya.

(Aris Kurnia Hikmawan merupakan Presiden Mahasiswa di DEMA IAIN Palangka Raya yang juga sebagai wartawan Berita Sampit)