Persatuan dan Kesatuan, Kunci Bagi Bangsa Indonesia Keluar dari Persoalan

Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid. Dok: Istimewa

BOGOR– Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menyatakan prihatin dengan perkembangan Covid-19 yang saat ini di Indonesia.

Hidayat menyampaikan hal itu pada acara Temu Tokoh Nasional Keagamaan kerjasama MPR RI dengan Pimpinan Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jakarta Pusat di Hotel Arjuna Puncak, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/12/2020).

Dialog dengan tema ‘Semangat Keagamaan Kita Tingkatkan Persatuan dan Kesatuan Umat’ itu dihadiri KH. Makmun Al Ayubi (Ketua DMI Prov. DKI Jakarta), KH. Tubagus Irwan Kurniawan S. Kom, MM (Ketua DMI Kab. Bogor), KH. Ahmad Badhowi (Penasihat DMI Jakarta Pusat).

Selain itu, hadir juga KH. Ahmad Fanari (Penasihat DMI Jakarta Pusat), Ust. Syawaluddin Hidayat S. Pdi (Ketua DMI Jakarta Pusat), serta H. Muhamad MPD (Sekjend DMI Jakarta Pusat).

Kata Hidayat, hingga kini, virus asal Tiongkok itu belum ditemukan obatnya. Bahkan, 1,2 juta vaksin yang sudah sampai di Indonesia juga belum mendapat izin edar dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

BACA JUGA:   Integrasi Tiktok Tokped Untungkan UMKM, Ini Kata Anggota Komisi VI DPR RI

“Vaksin tersebut juga belum mendapatkan sertifikat halal Majelis Ulama Indonesia. Bahkan Uji klinis tahap 3 dari Biofarma, lembaga yang menguji efektivitas dan keamanan vaksin tersebut pun belum keluar,” ujar Hidayat.

Hingga saat ini, jumlah korban terpapar Covid-19 di Indonesia sudah lebih dari 600.000 orang. Dari jumlah tersebut 18.511 orang diantaranya berakhir dengan kematian. Dari 18.511 korban meninggal, sebanyak 207 diantaranya merupakan para kyai dan nyai.

Berdasarkan data Rabithoh Ma’hadiyah Islamiah Nahdlatul Ulama (NU), sebanyak 207 kyai dan nyai meninggal, karena Covid-19. Lebih dari 3000 santri dari 110 pesantren, terpapar Covid-19.

“Padahal, jumlah tersebut baru berasal dari pesantren di lingkungan NU. Sementara Pondok Pesantren di luar lingkungan NU, jumlahnya mencapai 50 persen. Artinya, jumlah kyai dan nyai yang meninggal akibat Covid – 19 berpotensi lebih besar. Demikian juga jumlah santri dan pondok pesantren yang terpapar Covid -19, kemungkinan lebih banyak lagi,” tandas Hidayat.

BACA JUGA:   Dukung Hilirisasi Industri, Mukhtarudin Minta Seluruh Proyek Strategis Nasional Dipercepat

Politisi PKS itu mengatakan selain memakan Korban sakit dan meninggal, Covid-19 juga meruntuhkan berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hampir satu tahun lamanya, dunia pendidikan tidak dapat melaksanakan kegiatannya secara normal.

Selama itu banyak sektor usaha yang mengalami kebangkrutan dan gulung tikar. Pengangguran dan hutang negara juga terus bertambah akibat Covid-19.

“Kondisi semakin parah, tapi kita tidak tahu kapan krisis akibat pandemi Covid-19 ini akan berakhir. Tetapi situasi ini tidak boleh membuat bangsa Indonesia, terpecah belah dan tercerai berai. Umat harus berjuang untuk tetap bersatu padu,” pungkas Hidayat Nur Wahid.

(dis/beritasampit.co.id)