BKKBN Siapkan 200 Ribu Tim Pendamping Keluarga untuk Turunkan Angka Stunting

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo (kedua dari kanan) pada acara sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI) di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (2/3/2022). (ANTARA/Willy Irawan)

SURABAYA – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyiapkan 200 ribu tim pendamping keluarga untuk mendukung upaya penurunan angka kasus stunting, kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga tubuhnya menjadi tengkes.

Dalam sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI) di Surabaya, Rabu 2 Maret 2022, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan bahwa tim pendamping keluarga anggotanya antara lain bidan, kader KB, dan anggota PKK di desa.

“Mereka akan dilatih dan mendampingi calon pengantin atau calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu dalam masa interval kehamilan, serta anak usia 0 sampai 59 bulan,” katanya mengenai anggota tim pendamping keluarga yang jumlahnya total sekitar 600 ribu orang.

BACA JUGA:   Diduga Program Bodong Rice Cooker Gratis Kementerian ESDM, Komisi VII DPR: Harus Diaudit BPK RI

Ia mengatakan bahwa tim pendamping keluarga akan menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan dan penanganan masalah stunting.

Selain menyiapkan tim pendamping keluarga, BKKBN memperkuat koordinasi dalam pelaksanaan mekanisme tata kerja, pemantauan, pelaporan, evaluasi, dan pendanaan upaya penanganan stunting di daerah lewat RAN PASTI.

RAN PASTI akan menjadi acuan bagi kementerian dan lembaga, pemerintah provinsi hingga pemerintah desa/kelurahan, serta pemangku kepentingan lainnya dalam upaya percepatan penurunan angka kasus stunting.

Hasto mengatakan bahwa pada 2021 angka kasus stunting nasional sudah turun menjadi 24,4 persen dari 27,7 persen pada 2019.

BACA JUGA:   Index Pembangunan Pemuda Naik, Legislator Golkar Bilang Begini!

“Diharapkan pada tahun 2023 tren penurunan angkanya bisa berada di angka 16 persen dan akhirnya di tahun 2024 bisa menurun lagi menjadi 14 persen,” katanya.

(Antara)