Harga Minyak Naik di Pasar Asia

Ilustrasi - Pompa minyak yang dicetak 3D terlihat di depan logo OPEC. ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/aa.

SINGAPURA – Harga minyak naik di sesi Asia dalam perdagangan yang bergejolak pada Senin 20 Juni 2022 sore, membalikkan kerugian awal karena pengetatan pasokan melebihi kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan bahan bakar.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 42 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 113,54 dolar AS per barel pada pukul 06.33 GMT. Harga bulan depan jatuh 7,3 persen pada minggu lalu, penurunan mingguan pertama dalam lima pekan.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan di 109,85 dolar AS per barel, menguat 29 sen atau 0,3 persen. Harga bulan depan jatuh 9,2 persen minggu lalu, penurunan pertama dalam delapan minggu.

Minyak dari Rusia, eksportir terbesar kedua di dunia, tetap berada di luar jangkauan sebagian besar negara karena sanksi Barat atas invasi Moskow ke Ukraina, tindakan yang disebut Rusia sebagai “operasi militer khusus”.

Dampaknya sebagian telah dimitigasi dengan pelepasan cadangan minyak strategis, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dan peningkatan produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, meskipun itu menipiskan penyangga dunia terhadap gangguan pasokan lebih lanjut.

BACA JUGA:   Penumpang Kapal dari Pelabuhan Sampit ke Pulau Jawa Disebut Melonjak

“Jika Washington tetap pada kecepatannya saat ini, cadangan strategis AS akan mencapai level terendah 40 tahun 358 juta barel pada Oktober,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Produksi minyak Libya tetap bergejolak menyusul blokade oleh kelompok-kelompok di timur negara itu.

Menteri Perminyakan Libya Mohamed Oun mengatakan kepada Reuters pada Senin bahwa total produksi negara itu sekitar 700.000 barel per hari (bph). Produksi Libya telah turun menjadi 100.000 hingga 150.000 barel per hari, kata juru bicara kementerian perminyakan pekan lalu.

Ekspor produk minyak dari China, yang pernah menjadi eksportir utama, terus menurun, membuat pasokan global tetap ketat.

Ekspor bensin negara itu pada Mei turun 46 persen dari tahun sebelumnya dan ekspor solar anjlok 93 persen meskipun permintaan domestik melambat, karena perusahaan-perusahaan kekurangan kuota ekspor, data bea cukai China menunjukkan pada Sabtu (18/6/2022).

BACA JUGA:   Penumpang Kapal dari Pelabuhan Sampit ke Pulau Jawa Disebut Melonjak

Impor minyak mentah China dari Rusia pada Mei melonjak 55 persen dari tahun sebelumnya ke level rekor, menggusur Arab Saudi sebagai pemasok utama, karena para penyuling memanfaatkan pasokan yang didiskon di tengah sanksi terhadap Moskow. Namun, produksi minyak dan gas AS meningkat.

Jumlah rig minyak dan gas, indikator awal produksi masa depan, naik tujuh menjadi 740 rig dalam seminggu hingga 17 Juni, tertinggi sejak Maret 2020, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam laporannya pada Jumat (17/6/2022).

Juga membebani pasar adalah “kekhawatiran resesi yang luas setelah Fed (AS) menaikkan suku bunganya 75 basis poin, yang diikuti oleh pendekatan pengetatan serupa oleh bank sentral Inggris dan bank sentral Swiss minggu lalu”, kata analis pasar CMC, Tina Teng.

ANTARA