Imbas Kenaikan BBM, Tarif Angkutan Umum Travel dan Bus di Buntok Naik

DEDDY/BERITA SAMPIT - Aktifitas terminal Kota Buntok, mulai sepi penumpang.

BUNTOK – Imbas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis pertalite dan solar hingga non subsidi jenis pertamax, sehingga tarif baru untuk angkutan umum travel dan bus di Kota Buntok Kabupaten Barito Selatan (Barsel) juga mengalami kenaikan.

Sebelum kenaikan BBM, tarif angkutan umum seperti travel tujuan Buntok-Palangka Raya hanya Rp150.000 akan tetapi setelah adanya kenaikan BBM mengalami kenaikan 20 persen yakni Rp170.000.

Sedangkan tarif bus ekonomi sebelumnya jurusan Buntok-Banjarmasin sebesar Rp100.000 dan tarif baru sebesar Rp120.000, bus yang menggunakan AC tarif sebelumnya sebesar Rp120.000 imbas kenaikan BBM tarif naik sebesar Rp150.000.

Salah satu pengusaha travel Kota buntok yang meminta diinisialkan namanya saat ditemui di kediamannya Kamis 8 September 2022 mengatakan, bila dikalkulasikan kenaikan BBM memang tidak sampai 30 persen namun pihaknya menaikkan tarif hanya 20 persen yakni sebesar Rp170.000.

Pria 50 tahun berinisial DN ini mengungkapkan, di satu sisi kasihan dengan masyarakat jadi istilahnya pihak travel tidak dirugikan dan pihak masyarakat pun tidak dirugikan, yang jelas dengan kenaikan tarif travel ini masyarakat tidak merasa keberatan, pihaknya hanya menaikan sebesar Rp20.000 saja.

BACA JUGA:   Tokoh Pemuda Desa Baru Gelar Lomba Pawai Tanglong dan Bagarakan Sahur

Kenaikan tarif angkut travel Rp20.000 ini pun, dirasa tidak signifikan sebab pihak travel/bus juga melihat kemampuan masyarakat pada saat ini. Oleh karena itu mereka naikkan tarif angkutan dari Rp150.000 jadi Rp170.000.

“Yang pasti imbas naiknya BBM ini memang untuk pendapatan sopir travel sendiri agak berkurang sedikit namun bukan itu yang kami kehendaki yang penting jasa angkutan penumpang ini tetap lancar terus,” katanya.

Menurut DN, kenaikan BBM ini di satu sisi Pemerintah cuman hanya ingin menaikan harga BBM bersubsidi saja, namun fakta di lapangan kenapa untuk BBM non subsidi juga ikut dinaikan seperti pertamax.

Sebelumnya hanya pertalite dinaikan Rp10.000 per liter, dan pertamax tidak dinaikkan, maka masyarakat bisa memiliki pilihan serta harga pun tidak jauh beda, sehingga bisa menggambil pertamax.

“Akan tetapi bila terlalu jomplang seperti ini, ya berlomba-lomba untuk mengambil pertamax jadi pada intinya kami dari pihak pengusaha jasa angkutan travel di kota buntok memantau juga kebijakan pemerintah ini,” jelasnya.

BACA JUGA:   Kecelakaan Maut di Desa Bipak Kali, Dua Pengendara Motor Tewas

Walaupun BBM mengalami kenaikan, lanjutnya, Ia tidak menginginkan harus turun namun dilihat juga kapasitasnya seperti BBM subsidi dinaikan namun BBM non subsidi jangan dinaikan, sehingga imbang.

“Pada akhirnya masyarakat pun bisa memilih, pertamax karena tidak jauh beda untuk harganya itu saja permasalahannya,” terangnya.

Ditambahkannya, dengan naiknya BBM secara tidak langsung roda perekonomian ini ikut berpengaruh semua seperti naiknya tarif angkut penumpang belum lagi spare part mobil, ban, oli dan yang lainnya juga mengalami kenaikan.

Akan tetapi untuk sementara, angkutan penumpang yang menggunakan travel masih normal dan dapat dilihat perkembangan tiga bulan hingga enam bulan kedepannya, apakah jasa travel akan lesu.

“Tidak kalah pentingnya, imbas kenaikan BBM ini tidak menutup kemungkinan untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari juga akan mengalami kenaikan pula ya imbas dari naiknya BBM,” pungkas DN. (ded).