KIB Diharapkan Lebih Terbuka untuk Sejumlah Opsi Koalisi

Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto beserta jajaran pimpinan, menghadiri syukuran Hari Ulang Tahun ke-21 tahun Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) di Masjid Ainul Hikmah, Jalan Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat, Senin (13/2).

JAKARTA- Sejumlah partai ‘merapat’ ke Partai Golkar dan mengajak bergabung ke koalisi mereka. Misalnya saja PKB yang terang-terangan mengajak Golkar bergabung ke Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya bersama Gerindra. Padahal saat ini Golkar bergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komaruddin menilai ajakan parpol kepada Golkar, karena Golkar dianggap partai yang bagus. Pertemuan Golkar dan sejumlah elit parpol pun dinilai memberi dampak positif bagi Golkar.

“Tentu itu berdampak positif bagi Golkar, karena Golkar dianggap partai yang seksi, partai yang bagus, partai yang terbuka untuk semua kekuatan partai politik lain, termasuk partai-partai dari oposisi,” tegas Ujang, Selasa (14/2).

Meski telah bergabung dengan KIB, posisi partai Golkar masih terbuka dan dapat diterima bagi beberapa pihak. “Partai Golkar bisa diterima oleh semua partai politik baik partai-partai koalisi pemerintahan Jokowi maupun partai-partai oposisi,” jelas Ujang.

Kemudian dengan tawaran dari berbagai koalisi, apakah soliditas KIB terganggu, Ujang mengatakan, selama masih bisa dibicarakan seharusnya tidak menjadi masalah.

BACA JUGA:   Komisi VII DPR RI Desak Dirut PHE Bekerja Maksimal Tingkatkan lifting Migas Nasional

“Yaitu yang harus dilakukan komunikasi diantara sesama partai KIB; Golkar, PAN dan PPP, dan saya melihatnya katanya sudah dikomunikasikan, sudah dimusyawarahkan, sudah saling tahu, terkait dengan kedatangan-kedatangan partai politik lain ke Golkar,” ungkap Ujang.

Selama komunikasi antar anggota KIB sudah terjalin, maka langkah-langkah politik menjadi terukur. Jika partai-partai anggota koalisi mengatakan sudah tahu, sudah paham maka silakan saja. Artinya berdampak positif bagi Golkar dan KIB sendiri.

Muncul wacana pemasangan Anies Baswedan dengan Airlangga Hartarto seusai pertemuan Nasdem-Golkar beberapa saat lalu. Selain itu, muncul pula spekulasi penyandingan Prabowo Subianto dengan Airlangga Hartarto seusai pertemuan dengan Golkar-PKB.

DNA Sama

Sementara itu, Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa menilai peluang kandidasi Airlangga Hartarto sama-sama kuat dalam wacana pemasangan Anies Baswedan-Airlangga Hartarto dan Prabowo Subianto – Airlangga Hartarto.

“Saya kira tergantung kesepakatan koalisi. Jika koalisinya tercipta misalnya pada akhirnya kalau NasDem dan Golkar, lalu terbentuk koalisi, saya kira Anies Baswedan dan Airlangga Hartarto menjadi capres-cawapres alternatif, bisa menjadi preferensi di koalisi tersebut,” ungkap Herry.

BACA JUGA:   Komisi VII DPR Desak Plt Dirjen Minerba Koordinasi Terkait IPR di Kepulauan Bangka Belitung

Sebaliknya, ketika koalisi yang terbentuk justru mempertemukan Gerindra dan Golkar, baik sosok Prabowo Subianto dan Airlangga Hartarto bisa menjadi pilihan.

“Beda halnya kalau yang tercipta di mana Gerindra kemudian Golkar dan beberapa parpol lain bergabung dalam koalisi. Pasti pilihannya jatuh pada Pak Prabowo ataupun Pak Airlangga,” tambahnya.

Menurut Herry, kedua skema tersebut sama-sama berpeluang terwujud, mengingat Gerindra dan NasDem mempunyai kemiripan dengan Golkar. Prabowo Subianto pernah di Golkar, begitu juga Surya Paloh.

“Kalau kedekatan, sama-sama dekat. Baik Gerindra maupun NasDem itu DNA-nya, kadernya, pasti hampir mirip dengan Golkar,” tandasnya.

Herry mengatakan, yang menjadi faktor penentu adalah kesepakatan antar parpol, kerja mesin politik, kader, dan relawan.

“Karena mereka harus menghitung juga siapa yang berpeluang. Karena per hari ini sama-sama berpeluang, baik Prabowo maupun Anies selalu bertengger di tiga besar hasil survei nasional,” pungkasnya.

(adista)