Manajemen Kolaboratif Upaya Kesehatan Dalam Percepatan Penanganan Stunting di Kalteng

RAHUL/BERITASAMPIT - Tim peneliti Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, saat memaparkan penelitiannya.

PALANGKA RAYA – Stunting menjadi perhatian karena efek yang akan di rasakan jangka panjang terhadap penurunan kualitas generasi saat memasuki usia produktif.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 prevalensi stunting di Kalimantan Tengah sebesar 26,9 persen mengalami penurunan 0,5 persen dari tahun 2021, tetapi jika di proyeksikan pada target tahun 2024 sebesar 15,38 persen dengan melihat tren penurunan rata-rata setiap tahun hanya 0,5 persen.

Maka sangat perlu upaya percepatan penanganan pencegahan stunting di Kalimantan Tengah yang terintegrasi dan komprehensif.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah di desiminasi, indikator keluarga beresiko stunting persentase tertinggi yaitu memiliki anak melebihi 3 anak, Hamil usia lebih dari 35 tahun, keluarga tidak memiliki jamban yang layak, sumber air minum utama tidak layak, hamil umur saat hamil kurang dari 20 tahun dan jarak hamil dengan sebelumnya kurang dari 2 tahun.

BACA JUGA:   DPRD Kabupaten Kotawaringin Barat Kunjungi Dislutkan Kalteng

Pada penelitian kerjasama tim peneliti Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, Yena Wineini Migang, MPH, Linda Puji Astutik, M.Keb dan Dhini M.kes dengan BKKBN akhir tahun 2022, di hasilkan sebuah kebijakan yang dapat dilakukan stake holder atau decition maker, dalam upaya percepatan penangan stunting.

“Manajemen kolaboratif upaya kesehatan percepatan penanganan stunting di mana kolaborasi disini melibatkan konsep pentahelix stunting yaitu secara bersamaan mengikut sertakan peran pemerintah, masyarakat atau komunitas, akademisi, dunia usaha dan media,” ungkap Yena

Lebih lanjut Yena mengatakan, Peran mereka tersebut untuk melakukan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif) yang di petakan berdasarkan sasaran kelompok dari program stunting berdasarkan Perpres no 72 tahun 2021, yaitu remaja, ibu hamil, ibu menyusui, balita usia 0-23 bulan dan balita usia 24-59 bulan.

BACA JUGA:   Road to Pocari Sweat Run 2024, Perkenalkan Pesatnya Pembangunan Kalteng

“Apa saja yang perlu dilakukan oleh tim pentahelix stunting, itu akan dipetakan lagi berdasarkan peran dan fungsinya,” jelasnya

Menurut Yena sebagai peneliti yang konsentrasi pada program penanganan stunting pada balita, berharap Kominfo Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu bagian dari konsep pentahelix stunting, berperan dalam upaya promotif, menjadi penghubung informasi kepada keluarga beresiko stunting dan keluarga yang memiliki balita stunting.

“Harapannya kominfo dapat membuat MoU untuk kerjasama dengan institusi pendidikan dalam menyampaikan upaya promotif pencegahan stunting,” pungkasnya. (Rahul)