Kasatpol PP Kobar Dibuat Gregetan oleh Anak-Anak ‘Punk’,  Siang Ditertibkan, Malam Harinya Ngamen Lagi

Ket Foto : Inilah sejumlah anak punk yang ngamen belum lama ini di RM Sop Kaki samping Pangkalan Bun Park Jalan HM. Tafifi. Mereka kalau tidak ada yang ngasih, tidak memaksa langsung pindah, tapi melihat tampangnya tidak menyenangkan. 

Oleh : Maman Wiharja (Wartawan Senior-beritasampit.com)

Belum lama ini, disiang hari satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) menertibkan belasan anak punk, dengan diberi arahan di Ruang Pasanggrahan Taman PP ( Pangkalan Bun Park ), namun pada malam harinya mereka ngamen lagi ke sejumlah rumah makan  (RM) dan Café di Kota Pangkalan Bun.

“Nah iya am mulai lagi (nah iya kan mulai lagi). Tadi kami telusuri lagi tapi hilang lagi. Duuh grigitan bujur liat nya ( Duuh gregetan sekali lihatnya),“ kata Kasatpol PP Kobar Majerum Purni, melalui SMS saat dikonfirmasi penulis melalui HP.

Dengan adanya informasi, sejumlah anak-anak punk di Kota Pangkalan Bun, masih operasi mendatangi sejumlah RM dan Café, lanjut Majerum akan terus diupayakan untuk ditertibkan.

Diakui Majerum, pihaknya menertibkan anak-anak punk sejak tahun 2019. Bahkan sudah di tampung di rumah penampungan Dinas Sosial, tapi mereka datang lagi ke Pangkalan Bun.

“Kita tertibkan mereka kan perlu nyari solusi juga pak,..yang kita tertibkan ini kan manusia yang harus kita perlakukan tetap secara persuasif. Dan ini tetap menjadi PR kami. Dulu sebagian kelompok ini sudah pernah kita serahkan ke Dinsos, dan sudah pernah dipulangkan, gimana merek bisa kembali lagi itu yang jadi masalahnya pak,“ imbuh Majerum.

BACA JUGA:   Kasus Tindak Pidana Kejahatan Oknum Kades Runtu Paling Unik di Provinsi Kalteng

Pengamatan penulis, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Kalau masalah tersebut diselesaikannya dengan benar, transparansi dan akuntabel.

Dulu, saat Hj. Nurhidayah menjadi Bupati Kobar, setelah diberi pembinaan ternyata berhasil memulangkan bukan puluhan tapi raturan WPS (Wanita Pekerja Sek), dengan diberi bekal sejumlah uang untuk modal usaha dan surat perjanjian diatas segel, ‘tidak akan datang lagi ke Kobar‘.

Nah, bagi anak-anak Punk yang jumlahnya mumpung masih sedikit (belum sampai 100 orang), segera Dinas terkait di Kabupaten Kobar (Satpol PP dan Dinas Sosial), mengambil tindakan secara persuasif seperti yang dilakukan Hj.Nurhidayah, semasa jadi Bupati Kobar.

Juga sama, anak-anak punk semuanya diamankan kemudian ditampung di Rumah Singgah Dinas Sosial, catat semua alamat tempat tinggalnya, kemudian diberi arahan, dan beri bekal sejumlah uang untuk pulang kekampung halamannya, serta ‘Surat Perjanjian‘ diatas segel, intinya tidak akan datang lagi ke Kota Pangkalan Bun.

Perlu diketahui, kehadiran anak-anak punk di Kota Pangkalan Bun memang benar tidak mengganggu ketertiban umum. Kalau ngamen tidak memaksa, tapi banyak dikeluhkan kususnya oleh para pengunjung RM dan Café.

Mereka sering bergerombol sekitar 5 sampai 7 orang, dengan pakaian dan tampang yang ‘kurang pantas’. Dan suara lagunya tidak seirama dengan petikan gitarnya, bunyi music Gitar  ke hilir – bunyi suara lagu yang nyaring  keras ke hulu.

BACA JUGA:   Berdiri Tahun 1961 dengan Modal Dasar Rp10 Juta, Bank Kalteng Sekarang Berhasil Menumbuhkan Aset Sampai Rp15,19 Triliun (Bagian 02)

Konon katanya, mereka sejumlah anak punk senior bukan berasal dari Kabupaten Kobar. Kenapa jumlahnya semakin bertambah? karena adapula anak-anak dari Kobar, yang tertarik ingin ‘Gaya-gayaan’ jadi punk, sampai meninggalkan sekolah.

Menurut catatan ( Wikipedia ), antara lain menyebutkan Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead.

Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Namun kehadiran punk di Indonesia atau di Kota Pangkalan Bun, pengamatan penulis hanya untuk ‘ Gaya-Gayaan ‘ saja, agar diperhatikan orang lain.

Kalau kelompok punk di luar negri, mereka kebanyakan mantan-mantan musisi/music rock yang memiliki bekal (uang banyak ), kemudian ingin hidup bebas lantaran prustasi karena kelompok musiknya bangkrut.

Kalau punk di Indonesia, yang anak-anak muda sering bergerombol di sudut-sudut kota mana ada mantan-mantan musisi rock. Justru dengan tampang yang amburadul, mereka memanfaatkan untuk mencari uang dengan jalan ngamen, keluar masuk RM dan Café. ***