Memasuki Usia 71 Tahun, Kotim Harus Membenahi Tata Kota Sampit

IST/BERITA SAMPIT- Iwan Tulus Subekti, salah satu pengamat kebijakan publik di Kotim.

SAMPIT – Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) saat ini sudah memasuki usia 71 tahun, banyak perkembangan pembangunan yang sudah terjadi, sebagian masih ada yang perlu menjadi perhatian.

“Dalam rangka HUT ke-71 Kotim, konser kita salah satunya pada Traffic Loading Factor (TLF) di Kota Sampit yang semakin besar,” kata salah satu pengamat kebijakan publik di Kotim Iwan Tulus Subekti, Jumat 12 Januari 2024.

Ia juga menyampaikan hendaknya bisa dibuka diskusi publik mengenai perencanaan lalu lintas di Kotim agar kedepannya bisa diantisipasi, bisa tertata dengan baik.

BACA JUGA:   Kadishub Kotim Lempar Tanggung Jawab ke Bawahan Soal Pungli Parkir di SPBU

“Dan ada sinkronisasi yang baik antara semua pihak terkait arus lalu lintas Kotim agar tidak semakin padat dan menyebabkan kemacetan,” ungkapnya.

Seperti kondisi lalu lintas beserta kelengkapannya dengan perencanaan tata kotanya, karena kendaraan semakin banyak dan padat.

“Kita sudah merasakan kepadatan lalu lintas pada jam-jam tertentu, sementara lebar jalan terbatas, rambu-rambu yang minim, anggaran terbatas, perilaku berlalu lintas yg minim, serta kurangnya aparat lalu lintas yang mengawasi,” ujarnya.

Truk-truk besar dengan nomor polisi (nopol) luar Kalimantan Tengah (Kalteng) yang bebas beroperasi, sehingga daya tahan jalan menjadi cepat rusak, namun pemasukan pajak kendaraannya bukan ke Kalteng.

BACA JUGA:   Bupati Kotim Tegaskan PPPK Tidak Boleh Mengajukan Pindah Tempat Tugas

Juga manajemen parkir yang, semrawut, sementara di kota besar diluar Kalimantan seperti Surabaya parkir sudah dengan sistem digital memakai QRIS (barcode).

Dalam hal tata kota belum terbentuk centra kota baru disekitar Kota Sampit, sehingga Kota Sampit menjadi titik kumpul orang dan membuat beban kota menjadi berat.

“Mulai dari pengelolaan sampah, kesehatan, entertainment, fasilitas olahraga, pemukiman, dan lain-lain, mari kita renungkan,” pungkasnya. (Nardi)