Desa Di Teluk Sampit Mulai Krisis Air Bersih. Seperti Ini Kondisinya

SAMPIT – Beberapa desa yang berada di Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Kalteng, mulai mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau yang melanda wilayah tersebut.

Diantaranya, warga desa Regei Lestari, Kuin Permai dan Parebok. Sedang desa Ujung Pandaran dan Desa Lampuyang masyarakatnya masih bisa terbantu dengan sumur buatan warga dan sumur bor bantuan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Saat ini air sungai Mentaya yang masuk di anak sungai desa terasa asin, warga Desa yang selalu mengetok air bersih di rumah -rumah penduduk banyak yang sudah habis.

Untuk memenuhi kebutuhan wargapun membeli dengan harga Rp 50 ribu per drum. Kalau harga per tangki dengan orofil isi 1.100 liter dengan Rp 225 ribu.

Pantauan Berita Sampit, tidak semua warga mampu bisa beli air bersih itu. Tapi bagi mereka yang serba kekurangan sangat mengharap bantuan dari pemerintahan daerah.

Selama ini warga banyak yang beli karena mereka terbilang mampu. Tapi beda bagi Sarimin, warga yang tinggal di RTV/RW 2, Desa Regei Lestari, salah satu pekerja pemanjat buah kelapa di desa itu. Justru selama wilayah dilanda musim kemarau hampir tiga bulan sejak Juni hingga sekarang mereka kekurangan air bersih. Harapan warga disini ingin bantuan air bersih yang mendesak.

BACA JUGA:   Camat Baamang Sambut Baik Perbaikan Jalan Perum Bukit Permai

“Kita baru beli satu drum seharga Rp 50 khusus buat minum dan memasak, sedang buat mandi kita menggunakan air sungai yang asin,” ujarnya kepada beritasampit.co.id, Rabu (4/9).

Diceritakan Sarimin, keluarganya kekurangan air bersih sejak bulan Juli lalu karena persediaan stok air bersih dirumah pun habis lantaran musim kemarau yang panjang hampir tiga bulanan tidak turun hujan.

“Kami memohon kepada pemerintah daerah agar mendengarkan keperluan air bersih kedesa ini,” ujarnya penuh harap.

Begitu juga dikatakan, Ismuhari, Kaur Pemerintahan Desa Regei Lestari, kalau warga sudah kehabisan stok air di rumah-rumah mereka sejak bulan Juli. Sementara bagi warga yang mampu mereka beli. Bagi yang kurang mampu mereka memanfaatkan sisa air dianak sungai yang berasa payau buat memasak dan mandi.

“Untuk minum mereka beli yang dirgenan untuk bertahan menunggu hujan,”ungkapnya sedih.

BACA JUGA:   Pangan Murah di Kotim, Komoditi yang di Jual Hasil Produksi Petani

Kepala Desa, Regei Lestari, Saprudin, ketika dikonfirmasi dikatornya, Rabu(4/9) membenarkan, kalau warganya kekurangan air bersih. Dari pemerintahan desa sendiri katanya, sudah ada mengusulkan permintaan air bersih tersebut.

“Mengusulkan permintaan kurang lebih seminggu yang lalu, sudah disampaikan kecamatan, hingga saat ini belum ada pendistribusiannya,” ujarnya.

Dibeberkannya, Kita mengajukan air bersih yang dibutuhkan masyarakat sebanyak 20.000 liter perhari sampai kebutuhan warga desa terpenuhi untuk bisa bertahan saat dilanda musim kemarau sekarang ini. Bahkan, ada warga yang sudah kena penyakit muntaber akibat kurangnya persediaan air bersih.

Sementara desa tetangganya, Kepala Desa Kuin Permai, Repandi, juga turut mengajukan usulan pada bulan Agustus 2019 hingga sekarang belum mendapatkan air tersebut. Warganya sangat membutuhkan air bersih karena stok air di penampungan meraka habis. Dan katanya, banyak warga masyarakat menanyakan akan air bersih tersebut.

“Kita juga sempat bingung menjelaskannya. Kami sudah sampaikan kepada pihak kecamatan, tinggal pihak kecamatan melaporkan kepada pihak kabupaten melalui Dinas PUPR hingga kini belum ada kabarnya. Padahal warga sangat membutuhkan ,”katanya sedih. (mar/beritasampit.co.id).