Cara Zam’an, Menaklukkan Tantangan Zaman

Oleh: Dr. Syahrir
(Direktur, Analisis Kebijakan Fiskal dan Moneter)

Konstruksi cara berpikirnya cukup cerdas. Jika dinilai, berada pada level quantum. Bisa merealisasikan sebuah lompatan besar dalam mencapai kemajuan, termasuk memiliki kemampuan melakukan perubahan dalam merasionalisasikan aplikasi perwujudan kesejahteraan.

Dikorelasi keaktifan berpikir dan bertindak tersebut, jelas berimplikasi pada besarnya tentangan dialami, pada setiap momen untuk mencapai kesuksesan.

Rangkaiannya, ketika tantangan tak mampu terkalahkan, di taklukkan dan juga tak bisa tersolusikan, imbasnya keberhasilan dan kesuksesan menjauh. Diterminologi tersebut, di yakini tak semua individu memiliki kemampuan. Karenanya, disebut manusia unggul jika kinerjanya lolos dan berhasil mewujudkan cita, karsa serta karya. Apalagi di era milenial sekarang, sejumlah tantangan, datangnya jauh lebih cepat, dibanding kesuksesan. Seperti kata para filosof, setinggi apapun cita cita dan kesuksesan serta kemajuan yang bakal di capai, maka setinggi itu pula tantangan yang datang menghadang.

Olehnya, di banyak hasil penelitian ilmiah tentang Sumber Daya Manusia, disimpulkan, mereka (manusia) yang sukses adalah layak disebut manusia unggul, alasannya, mereka berhasil menerapkan dan mengelola SDM, secara tersistim. Pada konsepsional tersebut, tak membatasi pada tingginya ilmu pengetahuan akademik, tapi syaratnya, kemampuan dan kecerdasan yang dimiliki termenej denga baik.

Pada sisi aplikasinya, pertanyaan selalu mengemuka, mengapa banyak kalangan, hanya tamat Sekolah Dasar (SD), dan berbekal Sekolah Menengah Atas (SMA), tapi mereka sukses di bisnis, dan juga sukses memimpin. Jawabannya, karena “Mereka Petarung.” Motivasinya, tak ingin kalah oleh besarnya masalah dan juga tak ingin mundur dari masalah yang datang menerpa. Reaksi motorik, mampu melompat setingitinginya, melewati masalah yang sedang menghadang, dan, tanpa item yang harus tercederai. Dikategori itu, tersebutlah menerapkan rumus dan teori quantum.

BACA JUGA:   Bukan Hanya Ada  di Cirebon, Musik Obrog-Obrog Pembangun Sahur Ternyata Juga Ada di Kota Kumai, Kotawaringin Barat

Rasional tersebut, terbaca pada sosok seorang Zam’an, saat kami teribat berdialog di Jakarta beberapa pekan lalu. Partisipasinya, tak melihat jika Zam’an pemegang gelar akademik Pasca Sarjana, alias magister, tetapi, terungkap pada kemampuan dan kompetensi dimiliki Zam’an, dari “power,” atau cara dia “melompat jauh kedepan, melewati batas maksimal.”

Dikajian akademik disebutkan, ketika seseorang memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan besar (Lompatan berpikir dan bertindak yang tinggi), hitungannya, sekian radius dari tempat tinggalnya, banyak orang yang menikmati kesejahteraan dan tersejahterakan. Parameter lain menyebutkan, orang tersebut, selain unggul, dapat dipercaya, komitmen, juga sukses memimpin, serta berhasil dalam mengelola usaha atau bisnis.

Selanjutnya, saat kami dialog di Jakarta itu, Zam’an terlihat gelisah, resah dan gugah, serta sedikit sedih, terutama saat bericara tentang besarnya sumber daya alam dan ekonomi yang dimiliki Kota Waringin Timur (Kotim) Prov. Kalimantan Tengah (Kalteng), tempatnya beraktivitas selama ini. Mengapa, kata dia, jika seluruh sumber daya Kotim di garap, digerakkan dan diberdayakan serta ditransaksikan juga ternikmati masayarakat lokal, faktanya, pasti sulit menemukan masyarakat marginal di Kotim.

salah satu caranya kata dia, sejumlah sumber daya ekonomi yang bergerak di Kotim, baik industri perkebunan, tambang dan industri jasa lainnya, yakni orientasi utamanya melibatkan pastisipasi dan peran masyarakat lokal. Logisnya kata dia, dimulai dengan mewajibkan bagi setiap perusahaan yang bergerak di Kotim, baik perusahaan perkebunan dan tambang, agar membangun kantor pusatnya di Kotim, minimal kantor cabang utama. Selain itu menurut Zam’an, antara lain mewajibkan perusahaan, agar membayar pajak secara keseluruhan yang di lakukan di Kotim.”Jika sistim ini diwujudkan, maka terbayang oleh kita hitung hitungannya. Termasuk jumlah dana atau yang bergerak, berputar dan masuk di Kotim,” dan itu baru satu item atau solusi. “Yakin dengan cara ini, perusahaan juga tidak terbebani, justru yang terjadi adalah inkam pendapatan daerah langsung meroket. PAD naik, dan tidak sulit bagi pemerintah daerah untuk mendapat anggaran termasuk dana talangan dalam membangun infrastruktur.” Bahkan pada tingkat tertinggi, lewat realisasi konsep tersebut, sumber daya alam di Kotim, sangat tidak terkesan di eksploitasi. Dan berbeda seperti selama ini terjadi, “investor unjuk jari, masyarakat lokal gigit jari.”

BACA JUGA:   Berdiri Tahun 1961 dengan Modal Dasar Rp10 Juta, Bank Kalteng Sekarang Berhasil Menumbuhkan Aset Sampai Rp15,19 Triliun (Bagian 01)

Bagi Kotim, untuk keluar dari “kemelut” seperti di alami masyarakat Kotim, butuh cara jitu, lompatan besar dan kemauan dan kemampuan totalitas. Tak terbatas hanya pada wacana akan tetapi realisasi, juga bukti dan fakta atau disebut “the big participation all the people.”

“Dan itu merupakan salah satu cara dalam menaklukkan tantangan zaman, untuk mencapai kemajuan dan mewujudkan kesejahteraan serta pelibatan kolektif seluruh sektor usaha dan pengusaha baik skala besar maupun menengah.”

Referensi:
Ditulis berdasarkan kajian ilmiah.
Jakarta, 8 Desember 2019