4 Tahun Tak Mudik, Mahasiswa ini Nekat Jalan Kaki Ribuan Kilometer ke Kampungnya

Foto Sarjan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang nekat jalan kaki dari Ciputat, Tangerang Selatan menuju kampung halamannya di Bima.

JAKARTA – Larangan mudik dari pemerintah, tidak menyurutkan niat Sarjan, pemuda asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Keinginannya untuk pulang ke kampung halaman tak terbendung lagi. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah itu memutuskan berjalan kaki hingga ribuan kilometer untuk bisa sampai ke kampung halamannya.

Aksi nekatnya itu, diketahui terpaksa ia lakukan lantaran tidak adanya angkutan umum setelah adanya aturan dan pelarangan mudik. Hal tersebut dilakukan pemerintah sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus vorona atau Covid-19.

Namun, niatnya sudah terlanjur bulat, apapun resikonya akan tetap dia jalani, Sarjan mengaku, memulai perjalanannya sejak Minggu, 26 April 2020. Ia menargetkan untuk sampai ke Bima sebelum lebaran.

“Kalau target saya 2-3 hari sebelum lebaran, kalau memang melenceng paling lama seminggu setelah lebaran,” ujar Sarjan saat dihubungi melalui WhatsApp, Rabu 13 Mei 2020.

Sarjan bercerita, ia pulang kampung karena memang sudah empat tahun tidak bertemu dengan keluarganya, rasa rindunya sudah tak terbendung lagi.

BACA JUGA:   Komisi VII DPR RI Desak Dirut PHE Bekerja Maksimal Tingkatkan lifting Migas Nasional

Bahkan dia mengaku, ini merupakan momen yang pas untuk bertemu dengan sanak famili.

Selain itu juga, Pemuda kelahiran Parado Rato ini juga mengatakan bahwa, dirinya merasa bosan ketika harus terus bertahan di kos-kosan, bahkan dia menyebut sudah dua bulan lamanya dia terpaksa bertahan di kosan miliknya.

Sementara itu, disampaikan Sarjan, bahwa diperjalanan, katanya, ia bertemu dengan tiga warga dari Jawa Barat yang juga jalan kaki dari Jakarta. Menurutnya mereka adalah pekerja yang di PHK akibat dari dampak Covid-19.

“Dari Ciputat sih saya sendirian, cuman pas dijalan saya bertemu dengan tiga orang yang sedang jalan, kebetulan mereka dari Jakarta juga katanya di PHK. Saya ketemu mereka di daerah Subang, Jawa Barat dan saya jalan bareng mereka bertiga waktu itu,” sebut mahasiswa semester akhir Jurusan Ilmu Perpustakaan ini saat dihubungi.

BACA JUGA:   Komisi II DPR: Insha Allah Hak Angket Tak Akan Terwujud

Untuk diketahui, agar bisa sampai ke kampung halamannya, Sarjan harus menyeberang dari Banyuwangi ke Bali-Lombok-Sumbawa, jika dihitung sampai tiga kali penyeberangan yang harus ia lewati.

Untuk bisa menyeberang ia ikut numpang di truk pengangkut barang atau logistik, karena pada setiap penyeberangan tidak diperboleh ada penumpang.

“Kemarin saya menumpang truk pengangkut logistik, soalnya kendaraan pribadi dan penumpang kapal sudah dilarang,” terang pemuda kelahiran 4 Oktober 1997 ini.

Selain itu juga dia menceritakan, selama perjalanan kakinya hingga lecet akibat dari gesekan sepatu selama menempuh perjalanan. Sebuah perjuangan yang melelahkan.

Saat ini, Sarjan sudah sampai di Lombok tengah istirahat dirumah kerabatnya yang berada disana, sambil memulihkan tenaganya untuk melanjutkan kembali perjalanannya menuju ke Bima.

(ASY/beritasampit.co.id)