Wacana Pemda Beri Hp Siswa, Jangan Sampai Jadi Penyalahgunaan Anggaran dan Kecemburuan Sosial

IM/BERITA SAMPIT - Anggota DPRD Kotawaringin Timur Dapil V, Hendra Sia.

SAMPIT – Pemerintah Daerah (Pemda) Kotawaringin Timur (Kotim) melalui Sekretaris Daerah beberapa waktu lalu mengeluarkan statement akan memberikan bantuan Handphone (Hp) kepada siswa tidak mampu di Kotim yang kesulitan belajar secara daring.

Menangapi hal tersebut anggota DPRD Kotim Dapil V Hendra Sia menyampaikan apresiasi atas wacana itu, karena dinilai menjadi solusi kendala pelajar dalam melakukan pembelajaran selama pandemi Covid-19 ini. Namun hal ini menurutnya, harus mempertimbangkan anggaran yang ada.

“Jangan sampai wacana Pemda ini nantinya akan menimbulkan masalah baru. Dilain pihak kami apresiasi itu. Namun harus dipikirkan lagi untuk pelajar yang di daerah terpencil yang tidak ada jaringan internetnya, sehingga harus ada solusi lebih baik terlebih lagi ini bisa menimbulkan kecemburuan sosial dengan pelajar lainnya, karena Hp bukanlah barang yang murah,” tutur Hendra Sia, Selasa 4 Agustus 2020.

BACA JUGA:   Pemkab Kotim Tetapkan Status Transisi Darurat Banjir ke Pemulihan

Menurut Hendra Sia kendati sudah diberikan Hp nantinya itu tidak bisa menyelesaikan masalah keluhan orang tua soal pengeluaran yang membengkak untuk membeli paket data. Sebab Hp itu tentunya perlu paket data untuk bisa digunakan dalam pembelajaran online selama pandemi.

“Ini memang masih wacana, akan tetapi jangan sampai menjadi ajang penyalahgunaan anggaran. Dan konsep pembelajaran harus jelas sebisa mungkin jangan memberatkan orang tua peserta didik dengan wacana itu,” timpalnya.

BACA JUGA:   Kelompok Tani di Cempaga Tegas Meminta PT BSP Segera Selesaikan Ganti Rugi Lahan yang Belum Dibayar

Politisi partai Perindo ini menyampaikan, terkait dengan proses belajar mengajar yang masih menjadi perbincangan di tengah masyarakat karena bersamaan dengan masa pandemi. Dirinya menawarkan ada solusi lain, yakni dengan melakukan sekolah secara bergantian.

“Adanya aturan tidak boleh melakukan
belajar secara luring itukan untuk
menghindari berkumpulnya orang banyak. Namum, tetap bisa melakukan pembelajaran. Sekolah bisa saja melakukan pembelajaran secara bergantian, misal 50% siswa hadir di pagi hari, dan 50% di sore hari,” demikian Hendra Sia. (Im/beritasampit.co.id).