Kagum, Melihat Pasar Johar Yang Tadinya Kumuh Disulap Menjadi Cagar Budaya Sebagai Denyut Nadi Perekonomian Semarang

Ilustrasi - Foto sebagian lokasi Pasar Johar Semarang setelah direvitalisasi menjadi megah dan bersih. 

Oleh : Maman Wiharja (Wartawan-beritasampit.co.id)

PASAR JOHAR SEMARANG, bagi warga Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) atau kota lainnya di Kalimantan yang sudah biasa pergi ke Kota Semarang atau ke kota-kota lainnya di pulau Jawa banyak yang singgah di Pasar Johar ‘ngadon’ belanja saat pulang kampung nengok keluarga.

Seperti halnya yang dialami penulis, saat pulang kampung ke Cirebon dan  Ciamis Jawa Barat, setelah sampai di Semarang kemudian nginap di Hotel ‘Blambangan’, samping Mall Sri Ratu, salah satu Hotel yang menjadi langganan warga Kabupaten Kobar dan kota-kota lainnya di Provnsi Kalimantan Tengah.

Karena Hotel Blambangan, dekat dengan Pasar Johar kemudian penulis pada Kamis 27 Januri 2022 sekitar Pukul 09.00 WIB jalan-jalan ke pasar  yang sangat terkenal ini.

Sesampainya didepan Masjid Agung Kauman yang berhadapan dengan Pasar Johar, penulis cukup kaget, maklum penulis beberapa tahun tidak pulang kampung.

Kagetnya karena di halaman Masjid Agung Kauman, tidak lagi nampak ratusan kios yang berjejer ramai orang tapi kumuh dan halamannya becek/basah. Justru sekarang yang nampak sebuah  taman  bernama Aloon-Aloon Masjid Agung Semarang, yang dihiasi sejumlah bangunan bentuk Tugu dan beberapa Pot Bungan besar, yang juga nampak artistik dan bersih.

BACA JUGA:   Berdiri Tahun 1961 dengan Modal Dasar Rp10 Juta, Bank Kalteng Sekarang Berhasil Menumbuhkan Aset Sampai Rp15,19 Triliun (Bagian 01)

“Betul Pak, Pasar Johar lain dengan yang dulu sekarang mentereng hebat luar biasa, baru saja Rabu kemari 5 Januari 2022 Pasar Johar telah diresmikan oleh Bapak Presiden Jokowi. Nah ini ruangan parkirnya juga ada di dalam tanah,” kata Nurhamid salah seorang Petugas Parkir di Taman Aloon-Aloon Semarang, saat dibincangi penulis, Kamis 27 Januari 2022.

Menurut Nurhamid, walaupun hanya sebagai petugas parkir, namun dia cukup cerdas dalam masalah bicara pengalaman tentang Pasar Johar. Dan mengakui dirinya sangat bangga, kini Pasar Johar yang tadinya kumuh, bau, becek, dan semrawut sekarang, disulap menjadi Cagar Budaya sebagai denyut perekonomian Semarang, Jawa Tengah.

“Biarpun saya sekolah rendahan, kalau ceritera tentang Pasar Johar itu sudah diluar kepala Pak,” jawab Nurhamid bangga kepada penulis. Seraya, mengatakan Pasar Johar dibangun pada tahun 1930-an oleh arsitek Belanda Herman Thomas Karsten. Pasar Johar setelah mengalami kebakaran tahun 2015, kemudian secera bertahap mulai dibersihkan dan sementara ribuan pedagangnya dipindahkan.

“Memang Pak, menyulap Pasar Johar menjadi sebagus demikian tidak semudah membalikan telapak tangan. Sebelumnya, sering didemo oleh para pedagang. Tapi nampaknya dengan adanya keluhan dan demo justru pemerintah setempat semangin semengat untuk membangun, membuktikan bahwa Pasar Johar harus berhasil, dan Alhamdullilah sekarang luar biasa jadi bagus”, aku Nurhamid.

BACA JUGA:   Berdiri Tahun 1961 dengan Modal Dasar Rp10 Juta, Bank Kalteng Sekarang Berhasil Menumbuhkan Aset Sampai Rp15,19 Triliun (Bagian 02)

Penulis saat menyelusuri lokasi di dalam ruangan pasar, pedagang saik (sayur dan Ikan) serta pedagang sandang dan kelontong nampak ruangannya bak salah satu ruangan mall besar dan bersih. Tidak kelihatan dilantainya becek/berair dan kotor atau dari lantai atas ada air bocor.

Dari berbagai sumber, penulis sedikit menguak sejarah Pasar Johar di Kelurahan Kauman Kecamatan Semarang Tengah, yang terletak di Bagian Wilayah Kota I Semarang, sudah sejak lama disebut Kawasan Perdagangan Johar, karena memiliki dominansi aktivitas komersial/perdagangan sebagai denyut nadi perekonomian di Semarang Jawa Tengah.

Dibangun Belanda sekitar tahun 1860 yang disekeliling pasarnya ditanami Pohon Johar, maka dinamakan Pasar Johar. Lokasinya juga waktu itu berdekatan dengan Gedung Tahanan Perang. Maka, para keluarga tahanan sebelum besuk sering berbelanja di Pasar Johar.

Karena Pasar Johar, waktu itu semakin ramai maka pada tahun 1930 oleh arsitek Belanda Herman Thomas Karsten, bangunan Pasar Johar direnovasi ditingkatkan jadi dua lantai. Dan setelah Kementerian PUPR merevitalisasi Pasar Johar menjadi beberapa blok, dan nantinya bisa dihuni  secara bertahap oleh 2.300 pedagang.***