PT NAL dan Warga Lakukan Pertemuan Terkait Sengketa Lahan, Diduga Ada Poktan Abal-abal

IST/BERITA SAMPIT - Perwakilan warga dari beberapa desa di sekitar lokasi perkebunan kelapa sawit PT NAL saat menggelar pertemuan.

NANGA BULIK – Konflik sengketa lahan antara perusahaan perkebunan kelapa sawit, grup PT Astra Agro Lestari (AAL), yakni PT Nirmala Agro Lestari (NAL) dengan warga dari sejumlah desa di Kabupaten Lamandau kian melebar.

Dari pihak warga dan perusahaan, muncul satu nama yang menjadi salah satu penyebab konflik kedua pihak tersebut semakin melebar, yakni Rere Nor Edimansyah (Haji Rere), ketua kelompok tani Batanggui Lestari.

Haji Rere diduga telah menyerahkan data anggota kelompok tani Batanggui Lestari, dengan nama-nama yang sama sekali tidak memiliki hak, hanya mengejar SK Bupati. Bertujuan agar ditunjuk sebagai kelompok tani penerima hasil pengelolaan lahan dari PT NAL.

“Kenapa kami yang warga asli sini tidak mendapatkan hak kami, sementara Haji Rere dan para anggotanya yang tidak memiliki hak malah dapat (memperoleh lahan),” ucap salah satu perwakilan warga yang namanya enggan disebutkan, saat dalam pertemuan dengan perwakilan PT NAL, Selasa 8 Maret 2022.

BACA JUGA:   Rayakan Kemenangan, Tim Paslon Prabowo-Gibran Kabupaten Lamandau Gelar Syukuran 

Saat PT NAL hendak melakukan pelepasan lahan, Haji Rere di tunjuk oleh 6 kelompok tani yang ada di desa sekitar kebun sebagai wakil yang mengurus penyerahan lahan dan semua hal yang terkait administrasi.

“Kami menduga, dia (Haji Rere) bermain. Harus dilacak itu, siapa nama-nama anggotanya. Apakah benar orang-orangnya berhak atau asal-asalan,” tegasnya.

Sementara, Syahrudin yang juga manjadi salah satu perwakilan warga mengaku kecewa. Pasalnya, selama ini perusahaan belum memenuhi kewajibannya.

BACA JUGA:   Desa Mekar Mulya Raih Sertifikasi RSPO

Perusahaan di sebut-sebut menggunakan lahan dan menjalankan usaha di wilayah desa mereka tanpa ada kontribusi untuk masyarakat. Semestinya keberadaan investor di wilayahnya mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.

“Perusahaan juga harus adil, jangan sampai sebagian dapat, sebagian lain hanya jadi penonton,” tukasnya.

Sementara, hingga berita ini diturunkan, awak media belum bisa memperoleh tanggapan dari pihak Rere Nor Edimansyah (Haji Rere), selaku ketua kelompok tani Batanggui Lestari.

Diketahui, konflik tersebut melibatkan sejumlah warga di beberapa desa. Diantaranya, Desa Nanga Bulik, Desa Bunut, Desa Sungai Mentawa, Desa Beruta dan Nanga Pamalotian.(Andre/beritasampit.co.id)