SAMPIT – Warga Desa Simpur, Kecamatan Kota Besi, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng), sempat tidak bisa keluar desa terutama untuk membeli keperluan dapur rumah tangga. Bahkan mereka 15 hari terpaksa ‘jaga kampung’ karena lingkungan dikepung banjir.
“Sekitar 15 hari kami tidak bisa keluar rumah karena dikepung banjir, terpaksa kami jaga rumah masing-masing karena debit air terus naik,” ucap Kepala Desa Simpur Khairil Anwar kepada wartawan media siber Berita Sampit saat ditemui di kantor desa, Sabtu 24 September 2022.
Dia menjelaskan, ada sekitar 100 rumah warga terdampak banjir yang melumpuhkan semua aktivitas masyarakat termasuk tidak bisa bekerja seperti biasanya.
“Selama banjir, ada beberapa warga kami yang mengalami diare dan gatal-gatal, namun bisa diatasi karena tim medis selalu standby ditempat,” ujar Khairil.
Selama mengalami musibah banjir, tambahnya, ada beberapa bantuan logistik untuk meringankan beban masyarakat yang terdampak banjir.
Bantuan itu datangnya dari komunitas dan ada juga dari perusahaan perkebunan kelapa sawit yang operasional di wilayah desa simpur.
“Alhamdulillah, sudah empat hari ini kondisi air surut, warga ada yang sudah bisa turun kerja terutama kerja diperusahaan,” pungkasnya. (ifin)