Bupati Kotim Tidak Anti Kritik, Justru Khawatir Pada Sikap yang Apatis

Foto: penulis Ibrahim Jm

Penulis: Ibrahim Jm

BUPATI Kotawaringin Timur (Kotim) H Halikinnor tidak anti kritik terbukti dengan jejak digital dari tulisan beberapa media yang ia sampaikan. Menurutnya kritik itu adalah obat, jangan sampai alergi, terutama kritik yang bisa membangun daerah menjadi lebih baik.

Berita Sampit akan coba mengupas kembali tulisan-tulisan media sebelumnya. Bahwa Bupati Kotim saat ini tidak anti kritik terutama yang dilakukan oleh media massa sebagai kontrol sosial yang berhubungan dengan pemberitaan program pemerintah, baik pembangunan maupun pelayanan di masyarakat.

Saat ini, Berita Sampit menjadi salah satu media yang intens dan konsisten mengkritik kebijakan pemerintah kabupaten. Baik dalam menyikapi berbagai permasalahan di masyarakat maupun fenomena-fenomena yang terjadi. Sesuai dengan fungsi media massa diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers dalam alam pasal 2 butir 1 “pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial”.

Sebelumnya, Bupati Kotim saat membuka Konferensi PWI Kotim periode 2022-2025 di halaman gedung Wanita Sampit. H Halikinnor menjelaskan dalam melaksanakan program tentu ada kekurangan, kekurangan disampaikan lewat kritikan pihak lain yang bisa mencermati program tersebut secara objektif.

BACA JUGA:   Berdiri Tahun 1961 dengan Modal Dasar Rp10 Juta, Bank Kalteng Sekarang Berhasil Menumbuhkan Aset Sampai Rp15,19 Triliun (Bagian 01)

“Kalau orang mengritik artinya masih perhatian, justru kita harus khawatir apabila orang bersikap apatis dan tidak mau tau dengan program yang dijalankan,” kata Halikinnor saat itu kepada Berita Sampit.

Bahkan orang nomor satu di Kotim ini, menyentil sikap pejabat publik yang enggan menerima kritikan maupun keluhan. Ia sepakat bahwa pejabat publik tidak boleh anti kritik. Asal, kritikan yang menyasar terhadap program dan kegiatan pejabat bukan menyerang personal.

“Pejabat memang tidak boleh antikritik. Yakni terkait kritik terhadap program, bukan menyerang pribadi-pribadi,” ucap Halikin saat ikut merayakan HUT PWI Kotim tahun 2021. Tulisan salah satu media di Sampit.

Lanjutnya, Dirinya dengan senang hati menerima kritik dan saran. “Saya bukan orang yang anti dikritik. Kalau ada program pemerintah yang kurang tepat, silakan disampaikan ke saya, Ada saja pejabat yang alergi dengan wartawan. Kalau ada kadis yang menolak diwawancara silakan lapor saya,”.

Media lain menulis hal yang sama, bahwa Bupati Kotim ini mengatakan pejabat publik yang tidak mau menerima keluhan, dan kritik lebih baik mengurus burung saja di rumah.

BACA JUGA:   Bukan Hanya Ada  di Cirebon, Musik Obrog-Obrog Pembangun Sahur Ternyata Juga Ada di Kota Kumai, Kotawaringin Barat

“Datang di pertemuan apapun harus siap mendengar keluhan, karena ya inilah paketnya berada di wilayah publik, kalau tidak mau menerima keluhan, tidak mau terima politik, di rumah saja urus ayam dan rumah tangga kan saya melihara ayam,”tuturnya.

Untuk memperkuat gagasan kita tentang pentingnya mengritik pemerintah. Ahli filsafat sekaligus aktivis dan akademisi Rocky Gerung pernah mengatakan saat menjadi narasumber dalam program ‘E Talk Show’ tvOne yang diunggah di YouTube, Menanggapi hal itu, ia mengatakan jika pemerintah ditakdirkan untuk dikritik.

Rocky Gerung, pemerintah itu ditakdirkan untuk dikritik, jadi ya memang karena kekuasan itu cenderung absolut, oleh karena itu kritik adalah permanen di dalam politik, Jadi orang yang enggak kasih kritik, ya dia enggak mengerti hakikat kekuasaan. Kekuasaan harus terus dikritik kalau bisa 27 jam sehari.

Yang dikritik itu kalau dia tidak tahan dikritik kupingnya aja dia tutup, bukan dia menutup mulut orang yang mengkritik.