Satu Bulan Lebih Pengusaha Batako Tak Produksi Akibat Sulit Dapatkan Pasir

ILHAM/BERITA SAMPIT - Tidak ada aktivitas pembuatan batako di tempat produksi milik Dedi Bejo di Jalan Bumi Raya 1, pengusaha batako ini terpaksa menghentikan aktivitas produksinya lantaran kesulitan mendapatkan pasir akibat penghentian galian C, Kamis 30 Maret 2023.

SAMPIT – Akibat kesulitan mendapatkan pasir cor, sebagian besar pengusaha batako di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, terpaksa menghentikan aktivitas mereka. Bahkan sudah hampir satu bulan lebih produksi batako dihentikan hingga mengakibatkan pekerja batako menganggur dan pemilik usaha merugi.

“Sekitar satu bulan setengah ini kita tidak produksi batako akibat kesulitan mendapatkan pasir,” keluh Dedi Bejo, salah seorang pengusaha batako di kota Sampit, Kamis 30 Maret 2023.

Meskipun ada di lokasi galian C yang izinnya masih aktif, harga pasir cor juga sangat mahal, pada lokasi sekitar Km 11 Sampit saja kini harganya mencapai dikisaran Rp1,2 juta, sedangkan untuk pasir cor bangkal mencapai Rp1,5 juta.

BACA JUGA:   Polisi Buru Kakek Pelaku Pencabul Bocah Enam Tahun di Sampit

“Sangat jauh sekali dari harga normal, biasanya kalau pasir bangkal kita dapat Rp700 ribu dengan muatan full, sedangkan pasir di Sampit Rp450 ribu per truk,” jelas Bejo.

Penghentian aktivitas galian C tersebut memberikan dampak yang sangat besar, selain pengusaha tidak bisa memproduksi batako, namun para pekerjanya juga terpaksa dirumahkan.

Dalam sehari tempat produksi batako Bejo bisa menghasilkan 1000 batang batako, dengan menggunakan empat orang pekerja.

“Dengan dua alat kita mampu produksi 1000 batako perhari, itu pun habis buat suplai perumahan dan masyarakat,” ujar Bejo.

ILHAM/BERITA SAMPIT – Tempat produksi batako tampak kosong dan tak ada aktivitas karena tidak bisa membuat batako akibat kesulitan mendapatkan bahan baku pasir.

Para pekerja Bejo mendapatkan upah sebesar Rp150 ribu perhari, sesuai dengan target kesepakatan. Namun akibat sulitnya mendapatkan pasir, terpaksa seluruh karyawannya tidak bisa bekerja dan juga tidak mendapatkan upah.

BACA JUGA:   Fajrurrahman Hanya Tersenyum Tanggapi Dirinya Dinilai Sebagai Calon Kuat di Pilbup Kotim

“Dulu sebelum naik harga batako Rp2.500 per biji, tapi semenjak pasir langka sudah tidak jual lagi. Lumayan kerugian kita kalau tidak produksi, padahal kebutuhan suplai batako sangat tinggi saat ini,” ungkapnya.

Bejo berharap, permasalahan galian C tersebut bisa secepatnya ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kabupaten, pasalnya jika dibiarkan berlarut-larut dampaknya sangat luas, terutama berpengaruh terhadap pembangunan daerah, serta tingkat pengangguran meningkat karena banyak pekerja bangunan dan lain-lain dirumahkan.

“Saya berharap Pemkab cepat mengatasi persoalan ini, kasian para tukang dan pekerja batako tidak bisa bekerja hanya akibat kesulitan mendapatkan bahan baku pasir,” pungkasnya. (ilm)