Nilai Tukar Petani Kalteng Mengalami Penurunan

IST/BERITA SAMPIT - Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro saat menyampaikan rilis, Kamis 1 April 2021.

PALANGKA RAYA – Nilai tukar petani (NTP) di Provinsi Kalimantan Tengah dari lima subsektor pertanian di selama Maret 2021 mencapai 112,16, atau lebih rendah 2,06 poin dibandingkan nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) di periode yang sama yang sebesar 114,22.

“Selisih antara NTP dan NTUP, mencerminkan tingkat reduksi terhadap nilai tukar, sebagai dampak dari naiknya tingkat harga kebutuhan konsumsi rumah tangga petani produsen, termasuk peternak dan nelayan. Dibanding Februari 2021, terjadi peningkatan NTP sebesar 1,82 persen. Peningkatan ini akibat kenaikan indeks harga yang diterima petani (2,13 persen) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani (0,30 persen),” ucap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah Eko Marsoro.

BACA JUGA:   Hj. Aster Bonawaty Ungkapkan Diri Siap Maju dalam Pilkada Bartim

Eko menambahkan meningkatnya NTP secara keseluruhan juga dipengaruhi oleh meningkatnya nilai tukar pada subsektor tanaman perkebunan rakyat (3,52 persen) dan subsektor hortikultura (2,12 persen). Sedangkan subsektor lainnya mengalami penurunan nilai tukar, yaitu tanaman pangan (1,35 persen), perikanan (1,06 persen) dan peternakan (0,32 persen).

“Selama Maret 2021, terjadi peningkatan indeks harga yang diterima petani maupun indeks harga yang dibayar petani. Indeks harga yang diterima petani mencapai 121,21, lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 108,07. Selama periode tersebut, indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 2,13 persen dan indeks harga yang dibayar petani juga mengalami peningkatan sebesar 0,30 persen,” pungkasnya.

BACA JUGA:   Permas Palangka Raya Adakan Kegiatan Silahturahmi dan Buka Bersama

Ia menjelaskan peningkatan indeks harga yang diterima petani dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga yang diterima pada subsektor tanaman perkebunan rakyat (3,85 persen) dan subsektor hortikultura (2,44 persen). Sementara itu, peningkatan indeks harga yang dibayar petani didorong oleh peningkatan di semua subsektor, yakni tanaman pangan (0,34 persen), hortikultura (0,32 persen), tanaman perkebunan rakyat (0,32 persen), perikanan (0,28 persen) dan peternakan (0,08 persen).

“Sehingga dari kelima subsektor, nilai tukar tertinggi selama Maret 2021 berasal dari tanaman perkebunan rakyat (121,80), diikuti oleh peternakan (104,11), hortikultura (103,75), perikanan (100,89) dan tanaman pangan (97,90),” lugasnya.

(Hardi/Beritasampit.co.id)