Jembatan “Patah”, Saatnya Perlu Perhatian

Sebuah truk bermuatan tanah urug terperosok di Jembatan “Patah” Jalan Kapten Mulyono Sampit. (handout-dok.pri;)

SAMPIT – Jembatan Patah, itulah sebutan salah satu jembatan yang berada di Kelurahan Ketapang, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

Terletak di Jalan Kapten Mulyono atau masih dalam kota Sampit, sebutan Jembatan Patah ini cukup dikenal masyarakat setempat. Merekapun tidak mengetahui pasti kapan dan mengapa dinamakan seperti itu.

Mungkin saja jembatan yang dibangun dengan konstruksikan baja ini selalu patah sejak selesai dibangun beberapa tahun lalu akibat hentakan kendaraan yang melintas di atasnya. Akibatnya papan Ulin ini menipis dan keropos, baut-baut  pengikat antara papan dengan baja dibawahnya menjadi longgar.

Memang unik, meski menggunakan konstruksi baja, sejak dibangun hingga saat ini lantai jembatan masih menggunakan papan dari kayu Ulin. Kayu Ulin sebenarnya jenis kayu khas Kalimantan yang cukup kuat dan tahan lama.

BACA JUGA:   Galian C Beroperasi di Sekitar Perkebunan Kelapa Sawit, Warga Minta Pemerintah dan Penegak Hukum Turun Tangan

Menurut cerita dari  Junari, warga setempat, terdengar suara cukup nyaring dari jembatan tersebut karena hentakan papan ulin saat dilalui kendaraan, terlebih pada malam hari.

“Malam hari nyaring sekali suaranya, apalagi kalau papannya sudah longgar. Bagi kami suara itu biasa aja, menandakan ada kendaraan yang lewat,” ucap Junari mengisahkan.

Untuk diketahui Jembatan Patah tergolong jalan poros yang padat lalu lintas, bahkan sebelum adanya jalan lingkar selatan (Jalan Mohammad Hatta) kawasan ini sering dilalui kendaraan berbobot cukup berat, baik dari atau ke pelabuhan di kawasan Bagendang.

BACA JUGA:   Ribut, Truk Dilarang Masuk SPBU Km8 Tjilik Riwut Gegara Diduga Tak Bayar Pungli

Meski cukup sering terjadi insiden di atas atau sekitar jembatan tersebut, namun hingga saat ini belum ada program pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jembatan.

Dalam kondisi sangat parah, biasanya hanya  dilakukan perawatan dengan melakukan pergantian terhadap papan yang mengalami kerusakan atau patah, itupun  dilakukan apabila memang terdapat kendaraan yang diterjebak di atasnya.

Sebuah truk bermuatan tanah urug terperosok di Jembatan “Patah” Jalan Kapten Mulyono Sampit. (handout-dok.pri;)

Kejadian  terbaru, kendaraan bermuatan tanah uruk, tidak mampu mengeluarkan roda bagian belakang akibat terperosok akibat papan dari jembatan tersebut patah.

Akankah jembatan ini menjadi perhatian pemerintah daerah ? atau sebutan Jembatan Patah ini akan tetap melekat seterusnya.

(ZR/beritasampit.co.id)